Langsung ke konten utama

jazirah arab pra islam




JAZIRAH ARAB PRA ISLAM
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sirah Nabawi
Dosen Pengampu : Dr. Hasyim Muhammad, M. Ag


 

















Disusun Oleh :
Annisa Macfiroh (1604046054)
Rizky ainun nasikhah (1604046060)

KELAS TASAWUF PSIKOTERAPI-J
FAKULTAS USHULUDDIN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2017



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
            Ketika Nabi Muhammad SAW lahir (570 M). mekah adalah kota yang sangat penting dan terkenal diantara kota-kota di negeri  Arab. Baik karena tradisinya maupun  karena  letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan yaman diselatan dan siria di utara.dengan adanya kabah ditengah kota. Mekah menjadi pusat keagamaan arab. Kabah adalah tempat mereka berziarah. Didalamnya terdapat 360 berhala. Mengelilingi berhala utama. Hubal.mekah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat arab ketika itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah arab dengan luas satu juta mil persegi.
               Biasanya dalam membicarakan wilayah geografis yang didiami bangsa arab sebelum islam,orang membatasi pembicaraan hanya pada jazirah arab. Padahal bangsa arab juga mendiami daerah-daerah disekitar jazirah. Jazirah arab memang merupakan kediaman mayoritas bangsa arab kala itu.
               Dunia arab ketika itu merupakan kancah peperangan terus menerus . pada sisi yang lain meskipun masyarakat badui mempunyai pemimpin namun merreka hanya tunduk kepada syeikh atau amir(ketua kabilah)itu dalam hal yang berkaitan dengan
peperangan, pembagian harta rampasan dan pertempuran tertentu. Diluar itu ,syeikh atau amir tidak kuasa mengatur anggota kabilahnya.
               Akibat peperangan yang terus menerus ,kebudayaan mereka tidak berkembang. Oleh Karena itu kami mencoba membuat makalah ini, yang membahas mengenai bangsa Arab.

A.    RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian dari Jazirah Arab?
2.      Bagaimana keadaan masyarakat Arab pra islam?
3.      Bagaimana sejarah perkembangan Makkah dan pembangunan Ka’bah?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian jazirah arab
Jazirah Arab adalah salah satu semenanjung yang terletak disebelah barat daya Asia. Semenanjung ini dinamakan jazirah karenatiga sisinya berbatasan dengan Teluk Oman dan Teluk Persi, di sebelah selatan berbatasan dengan Lautan India dan di sebelah barat berbatasan dengan Laut Merah. Hanya di sebelah utara yang berbatasan dengan daratan dan padang pasir Irak dan Syiria. Jazirah ini termasuk semenanjung terbesar di dunia, luasnya sekitar tiga juta kilometer persegi, atau lebih kurang sepertiga dari luas benua Eropa.
Pada asasnya, jazirah Arab terbagi atas dua bagian: bagian tengah dan bagian tepi. Bagian tengah terdiri dari tanah pegunungan yang memiliki curah hujan sangat rendah. Jumlah penduduknya sangat sedikit, terdiri dari kaum pengembara yang selalu pindah –pindah tempat, menurut siklus turunnya hujan dan mencari padag-padang yang ditumbuhi rumput untuk binatang ternak mereka. Bagian tengah, terbagi dua bagian lagi: bagian utara di sebut nejed disini berpenduduk lebih banyak dari selatan karena berada dibagian tepi yang emiliki curah hujan yang teratur maka dari itu masyarakat di najed tidak lagi mengembara, dan bagian selatan disebut al- ahkap yang berpenduduk sedikit karena tandus dan kering.[1]
B.     Arab sebelum islam
Ketika Nabi Muhammad Saw lahir (570) M, Mekkah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal diantara kota kota di negeri Arab, baik Karena tradisinya maupun Karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman di selatan dan Syiria di utara. Dengan adanya Ka’bah di tengah kota, Makah menjadi pusat keagamaan Arab. Ka’bah adalah tempat mereka berziarah. Didalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama, Hubal. Mekah kelihatan makmurdan kuat. Agama dan masyarakat Arab ketika itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi[2].
1.      Kepercayaan atau keagamaan arab pra islam
Sebelum islam datang bangsa arab telah menganut agama yang mengakui ke-Esaan Allah swt. Sebagai tuhan mereka. Kepercayaan ini diwarisi secara turun-temurun sejak nabi Ibrahim dan Islmail. Al- Quran menyebutnya dengan hanif, yaitu kepercayaan yang mengakui keesaan Allah sebagai pencipta alam, tuhan yang menghidupkan dan mematikan, tuhan yang memberi rizki dan sebagainya.
Kepercayaan pada Allah tersebut tetap diyakini oleh bangsa Arab sampai kerasulan nabi Muhammad saw. Hanya saja keyakinan itu dicampur baurkan dengan tahayul dan kemusyrikan, mensekutukan Allah dengan sesuatu dalammenyembah kepada-Nya, seperti jin, roh, hantu, matahari, pohon, berhala, dan sebagainya. Kepercayaan yang menyimpang dari agama hanif itu disebut agama watsaniyah[3].
Ada pula penyalah gunaan Ka’bah dalam kekuasaan. Terdapat berhala berhala yang diletakkan di Ka’bah.  Ajaran ajaran Ibrahim makin terkikis dengan kemusyrikan mereka, hingga tersisa sedikit sekali. Contohnya saja dalam hal pemulian Ka’bah, mayarakat Arab mencemarinya denga membuat rumah rumah berhala khusus (Thaqut) yang mereka muliakan sebagaiman mereka memuliakan Ka’bah. Di Yaman juga berkembang ajaran yang menyembah matahari sebagaimana keterangan al Quran dalam kaum Saba’. Agama Yahudi masuk ke jazirah Arab Khususnya di Madinah, Fadak dan Taima. Agama Nasrani juga berkembang di Ghasinnah dan Manadzirah.
Agama Yahudi dan Nasrani tidak begitu berkembang di Arab, sebaliknya penganut dari agama Ibrahim tidak seluruhnya punah. Mereka hidup diantara penyembah berhala, mereka masih mengikuti agama Ibrahim walaupun sedikit. Mereka menyebut dirinya sebagai al Hunafa yaitu orang yang mengikuti ajaran yang lurus dan benar. Mereka yang beriman kepada Allah, meng Esakan dan menantikan kedatangan nabi yang dijanjikan. Diantara orang yang masih memegang agama Ibrahim adalah Zaid ibn Amru bin Naufil, Waraqah Ibn Naufal, Quss ibn Saidah al Iyyadi, Umayyah ibn Abi Shalat.


1.      Kondisi politik
Kekuasaan di Yaman
Seperti yang sudah diceritakan dalam al Quran, kabilah tertua dari bangsa Arab yang terkenal di Yaman adalah Kaum Saba’Peradaban di Yaman pernah Berjaya selama 11 abad, namun berakhir pada zama 300 M, saat kabilah Timyar berhasil mengalahkan kerajaan mereka. Berbagai kekacauan dan perang saudara mendera mereka selam 270 tahun sebelum Islam masuk ke Yaman.
Ketika paukan Yaman telah diambil alih oleh kepemimpinan Abrahah, Abrahah berniat untuk menghancurkan Ka’bah di Mekah. Tetapi Allah membinasakannya terlebih dahulu Abrahah bersama paukannya yang sudah diceritakan dalam surat al Fiil.
Lambat laun politik dan peperanganpun terjadi, Yaman telah diambil alih oleh pemimpin Persia. Pejabat Persia terakhir yang berkuasa di Yaman akhirnya masuk islam, sehingga pengaruh Persia di Yaman lambat laun hilang.

Kekuasaan di Hirah
Pada tahun 557-529 SM, Persia berkuasa atas Iraq dan wilayah sekitarnya setelah Qurusy al Kabir berhasil menyatukan mereka. Raja Hirah yang terkenal kala itu ialah an Nu’man dal al Mundzir, raja yang mengorbankan semangat melawan Persia. Ia menyerang tantara Persia disebuah tempat bernama Dzu Qar setelah kelahiran Rasulullah Saw.

Kekuasaan di Syam
Awalnya Syam adalah tempat pelarian dari Kabilah Qudhaah saat jazirah Arab mengalami gelombag eksodus dari para kabilahnya. Raja terakhir mereka, Jabalah ibn  al Aiham masuk islam pada pemerintahan Umar ibn Khattab r.a.
Kekuasaan Hijaz
Berbeda dengan wilayah lainnya, wilayah ini hamper belum pernah ada satu kekuasaan pun yang tumbuh dan pantas disebut negara. Namun, banyak berdiri kota kota dan setiap kota memiliki system pemerintahan yang lebih mendekati pada pola kekuasaaan  al Masyikhah bukan memakai system kerajaan. Kota yang terkenal saat itu diantaranya adalah Mekah, Yatsrib, dan Thaif.

C.     Sejarah perkembangan Makkah dan Pembanguan Ka’bah
Mengingat sejarah kota Makkah yang pada awalnya adalah gurun yang tak berpenghuni pada masa nabi Ibrahim a.s, ketika melarikan diri bersama ismail dan siti hajar karena dendam siti sarah yang cemburu pada siti hajar yang mudah mendapatkan putra dari pada dirinya. Dalam sejarahnya muncullah perintah haji yang dalam urutan ibadahnya terdapat salah satu tragedi yang dilakukan siti hajar yaitu sa’I. letak atau keberadaan ka’bah sendiri sebenarnya telah diketahui sejak dahulu kala telah ditetapkan oleh Allah, yang telah dimuliakan sejak nabi adam a.s dan mulai dibangun oleh nabi Ibrahim beserta putranya ismail yang pada masa selanjutnya muncul para pendatang yang mulai menetap di sekitar ka’bah dan terbangunlah kota yang ramai di Makkah  karena kondisi geografis arab yang sangat strategis baik untuk perekonomian dan tempat berlabuhnya kapal dari eropa,   dan terdapat beberapa tahap pemugaran bangunan ka’bah sebagai berikut:
Tahap pertama : Pembangunan yang dilakukan oleh malaikat, seperti yang diriwayatkan oleh al azraqi.
Tahap kedua : Pembangunan yang dikerjakan oleh Adam a.s. Hal ini diriwayatkan oleh Baihaqi dan perawi lainnya.
Tahap ketiga : Pembangunan yang dilakukan oleh anak anak Adam a.s diriwayatkan oleh al Azraqi dan perawi lain dari yang membangun ka’bah itu adalah Syaits ibn Adam a.s
Tahap keempat : Pembangunan yang dilakukan Ibrahim dan Ismail a.s.
Tahap ketujuh : Pembanguna yang dilakukan oleh Qusai ibn Kilab kakek Nabi Muhammad Saw .
Tahap kedelapan : Pembangunan yang dilakukan oleh suku Quraisy semasa Rasulullah Saw masih berumur 35 tahun.
Tahap kesembilan : Pembangunan yang dilakukan oleh Abdullah ibn Zubair sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhori.
Tahap Kesepuluh : Pembanguna yang dilakukan oleh Hajjaj ibn Yusuf atas perintah Abdul Malik ibn Marwan al Umawi.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara sosiologis, bangsa Arab sebelum Islam merupakan bangsa yang hidup secara kesukuan. Mereka hidup berpindah-pindah. Hal ini disebabkan kondisi geografis yang tidak mendukung, seperti model tanah yang tandus, berbatu, padang pasir luas serta beriklim panas dan jarang turun hujan. Dalam keadaan semacam ini, wajar jika mereka memiliki watak keras, suka berperang, merampok, berjudi, berzina, sehingga terkesan jauh dari nilai-nilai moral-kemanusiaan. Demikian ini seakan-akan menjadi tradisi masyarakat Arab sebelum Islam. Keadaan semacam inilah yang meniscayakan zaman tersebut disebut zaman ja>hiliyyah.
Dari sisi perekonomian, unsur penting yang menjadi andalan masyarakat Arab pra Islam adalah perdagangan di samping bertani dan beternak. Mereka telah lama mengenal perdagangan bukan saja dengan orang Arab, tetapi juga dengan non-Arab. Terbukti dengan adanya Mekkah sebagai kota dagang internasional. Demikian ini karena letak daerah Hijaz, khususnya Mekkah, sangatlah strategis, yakni penghubung jalur dagang antara Yaman dengan Syiria. Di samping itu, daerah pesisir ini juga di lewati kapal-kapal dagang Eropa dan Asia melalui laut merah.
Dunia politik Arab pra Islam lebih didominasi oleh model kesukuan. Pimpinan tertinggi dari suku dinamakan Shaikh. Fungsi pemerintahan Shaikh ini lebih banyak bersifat penengah (arbitrasi) dari pada memberi komando. Shaikh tidak berwenang memaksa, serta tidak dapat membebankan tugas-tugas atau mengenakan hukuman-hukuman. Dari dominasi model kesukuan ini, terbentuknya Negara kesatuan serta adanya tatanan politik yang benar agaknya sedikit terhalangi.
Sementara jika ditinjau dari sisi keagamaan, masyarakat Arab pra Islam memeluk berbagai macam agama, di antaranya Paganisme, Yahudi, Kristen dan Hani>fi>yah. Agama-agama ini merupakan agama warisan dari pendahu-pendahulunya. Keadaan tersebut masing terus berlangsung sampai datangnya Islam sebagai agama yang hak, serta penyempurna dari agama-agama samawi sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Musyafiq, ahmad. Pengantar Sirah Nabawiyah. Semarang: cv. Karya abadi jaya. 2015
Yatim, badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: pt. rajaj grafindo persada. 2003
Fadil SJ. Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah. Malang: UIN- MALANG PRESS. 2008
 






[1] Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah, (Malang: UIN-MALANG PRESS, 2008)hlm. 43
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:PT  Raja Grafindo Persada, 2003) Hal. 9
[3] Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah, (Malang: UIN-MALANG PRESS, 2008)hlm, 61

Komentar

Postingan populer dari blog ini

shuhbah, futuwah dan itsar

keutamaan shuhbah, futuwah dan itsar BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Sahabat adalah orang yang bertemu langsung dengan Rasulullah SAW, sehingga dalam   pembahasan ilmu hadist, para sahabat sangat berperan eksistensinya. Karena para sahabat   merupakan orang yang pertama langsung bertemu dengan Rasul dan hidup di zaman Rasulullah saw., Para sahabat inilah yang meriwayatkan hadist, sebab dia mendengar dan melihat perbuatan apa yang Rasulullah lakukan di zaman hidupnya. Para sahabat sangat berperan sebagai pengganti yang melanjutkan tugas Rasulullah Saw., setelah rasul wafat. Mereka melakukan penyebaran dakwah dengan segala resiko dan tantangan yang harus dihadapinya. Sahabat Rasulullah merupakan generasi yang paling mulia, karena mereka menerima pendidikan secara langsung dari Rasulullah Saw., disamping terdidik dalam suasana wahyu, mereka pula yang menjaga sunnah Rasulullah terpelihara. Sehingga dapat sampai dan berekembang kepad...

MANUSIA MAKHLUK BI-DIMENSIONAL

MANUSIA MAKHLUK BI-DIMENSIONAL Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Bimbingan Konseling Dosen Pengampu : Prof. Dr. H.M Amin Syukur, M.A. JURUSAN TASAWUF PSIKOTERAPI FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2017 BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Manusia merupakan satu bagian dari alam semesta yang bersama-sama dengan makhluk hidup lainnya mengisi kehidupan di alam semesta ini. Dibandingkan dengan binatang, manusia memiliki fungsi tubuh dan fisiologis yang tidak berbeda. Namun, dalam hal yang lain manusia tidak dapat disamakan dengan binatang, terutama dengan kelebihan yang dimilikinya, yakni akal, yang tidak dimiliki oleh binatang. Para ahli ilmu pengetahuan tidak memiliki kesamaan pendapat mengenai manusia. Perbedaan pendapat ini disebabkan oleh adanya kekuatan dan peran multidimensional yang diperankan oleh manusia. Mereka melihat manusia hanya...

tuma'ninah, musyahadah dan ma'rifat

PEMBAHASAN A. Tuma’ninah الطمأنينة ) Secara bahasa tuma’ninah berarti tenang dan tentram. Tidak ada rasa was-was atau kawatir, tak ada yang dapat mengganggu perasaan dan pikiran karena ia telah mencapai tingkat kebersihan jiwa yang paling tinggi. Thuma’ninah adalah suasana ketentraman hati karena terpengaruh oleh sesuatu yang lain. Menurut al-Sarraj tuma’ninah sang hamba berarti kuat akalnya, kuat imannya, dalam ilmunya dan bersih ingatannya. Seseorang yang telah mendapatkan hal ini sudah dapat berkomunikasi langsung dengan Allah SWT. Menurut ibnu Qayyim, “kebenaran adalah identik dengan ketentraman, sedangkan kebohongan adalah identik dengan keraguan dan kegelisahan.” Nabi juga bersabda, kebenaran adalah sesuatu yang menenangkan hati. Thuma’ninah Waktu shalat adalah waktu singkat yang sangat berharga bagi seorang muslim, karena ia sedang menghadap dan bermunajahat kepada Rabbnya yang Maha Tinggi dan Maha Tinggi dan Maha Agung oleh karena itu hendaknya berusaha untuk mening...