Gangguan disosiatif
Annisa Macfiroh
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar belakang
Dissociative
disorder adalah sebuah tipe gangguan psikologis yang menganggu fungsi
self–identitas, memori, atau kesadaran, yang kemudian membentuk sebuah
kepribadian yang utuh. Orang yang mengalami gangguan Disosiatif tidak mengenal
dirinya secara eksistensial atau filosofis, ia hanya tahu, siapa namanya,
dimana ia tinggal apa yang ia lakukan sehari – hari, ia juga ingat
peristiwaperistiwa penting dalam hidupnya, tapi ia tidak mampu menceritakan
secara detail.
Gangguan
disosiatif adalah sekelompok gangguan yang ditandai oleh suatu kekacauan atau
disosiasi dari fungsi identitas, ingatan, atau kesadaran. Gangguan disosiatif
merupakan suatu mekanisme pertahanan alam bawah sadar yang membantu seseorang
melindungi aspek emosional dirinya dari mengenali dampak utuh beberapa
peristiwa traumatik atau peristiwa yang menakutkan dengan membiarkan pikirannya
melupakan atau menjauhkan dirinya dari situasi atau memori yang menyakitkan.
Gangguan
Disosiatif memiliki gambaran esensial berupa gangguan pada fungsi yang biasanya
terintegrasi mencakup kesadaran, memori, identitas, atau persepsi lingkungan.
Hal ini sering menghambat kemampuan individu untuk melakukan fungsi dalam
kehidupan sehari-hari , mengganggu hubungan, dan menghambat kemampuan individu
untuk melakukan koping terhadap realitas peristiwa yang traumatik. Identitas
gangguan ini sangat bervariasi pada individu yang berbeda dan dapat muncul
tiba-tiba atau bertahap, bersifat sementara atau kronis.
- Rumusan Masalah
1.
Apa Saja Macam-Macam Gangguan Disosiatif ?
2.
Bagaimana Pandangan Teotritis Mengenai Disosiatif ?
3.
Bagaimana Penanganan Terhadap Gangguan Disosiatif ?
BAB II
PEMBAHASAN
- GANGGUAN
DISOSIATIF
Gangguan
disosiatif adalah sekelompok gangguan yang ditandai oleh suatu kekacauan atau
disosiasi dari fungsi identitas, ingatan, atau kesadaran. Gangguan disosiatif
merupakan suatu mekanisme pertahanan alam bawah sadar yang membantu seseorang
melindungi aspek emosional dirinya dari mengenali dampak utuh beberapa
peristiwa traumatik atau peristiwa yang menakutkan dengan membiarkan pikirannya
melupakan atau menjauhkan dirinya dari situasi atau memori yang menyakitkan.
Gangguan disosiatif
mayor mencakup gangguan identitas disosiatif, amnesia, disosiatif, fugue
disosiatof, dan gangguan depersonal. Dalam setiap kasus terdapat suatu gangguan
atau disosiasi (perpecahan) pada fungsi-fungsi identitas, ingatan, atau
kesadaran yang dalam keadaan normal membuat diri dari kita menjadi satu kes atuan.
1.
Gangguan
identitas disosiasif
Kampus Ohio State
dihantui teror sejak mahasiswi diserang, dipaksa untuk menguanhkan cek atau
mengambil uang di ATM, kemudian diperkosa. Sebuah telepon misterius
menghasilkan pengakapan Billy Milligan, gelandangan berusia 23 tahun yang
sebelumnya diberhentikan secara tidak normal dari angkatan laut.
Billy didiagnosis
memiliki gangguan kepribadian ganda, yang sekarang disebut gangguan
identitas disosiatif. Pada gangguan identitas disosiatif, terkadang disebut
sebagai “kepribadian terpecah” dua atau lebih kepribadian masing-masing dengan
trait dan ingatan yang teridentifikasi secara baik” menempati” tubuh satu
orang. Mereka bisa sadar atau tidaka sadar akan keberadaan satu dan yang
lainnya. Dalam sejumlah kasus yang dipublikasikan, kepribadian pengganti
(disebut juga kepribadian alter) bahkan dapat menunjukkan rekaman EEG, reaksi
alergi, respon terhadap pengobatan yang berbeda, juga bahkan hasil pemeriksaan
mata dan besar pupil yang berbeda.
Ciri-ciri dalam salah
satu penelitian terbesar mengenai kepribadian ganda saat ini, Ross, Norton, dan
Wozney (1989) mengumpulkan 236 laporan kasus dengan gangguan tersebut dari 203
ahli kesehatan dikanada. Kasus-kasus pada sampel dikanada rata-rata memiliki 15
hingga 16 kepribadian alter per orang.
Ada banyak variasi.
Pada beberapa kasus, kepribadian tuan rumah (utama) mungkin tidak sadar akan
kehadiran identitas lainnya, sementara kepribadian lainnya sadar akan
keberadaan si tuan rumah (Darohy, 2001).
Pada kasus-kasus lainnya, kepribadian-kepribadian yang berbeda
benar-benar tidak sadar satu sama lain. Terkadang ada dua kepribadian bersaing
untuk mendapatkan kontrol terhadap orang tersebut. Kadang-kadang ada satu
kepribadian dominan atau inti dan beberapa kepribadian subordinat. Beberapa
dari kepribadian pengganti (atau “kepribadian alter”) umumnya mencakup
anak-anak dari beragam usia, remaja dengan jenis kelamin yang berbeda, pekerja
seks komersial, serta laki-laki homoseksual dan wanita lesbian. Beberapa
kepribadian dapat menunjukkan simtom-simtom psikosis putus dari realitas yang
diekspresikan dalam halusinasi dan berfikir delusional.
mikrokosmos dari
tema-tema dorongan dan budaya yang saling bertentangan. Tema-tema ambivalensi
seksual (keterbukaan vs. Keterbatasan seksual) dan perubahan orientasi seksual
cukup umum terjadi. Hal ini seolah-olah menggambarkan dorongan-dorongan
internal yang saling bertentangan tidak dapat muncul atau mencapai dominan.
Sebagai hasilnya, masing-masing diekspresikan sebagai trait utama trait
penuntun dari kepribadian pengganti.
2.
Amnesia
Disosiatif
Dalam amnesia
disosiatif , sebelumnya disebut amnesia psikogenik, orang menjadi tidak mampu
menyebutkan kembali informasi pribadi yang penting biasanya melibatkan
pengalaman yang traumatis atau penuh tekanan, dalam bentuk yang tidak dapat
dianggap sebagai lupa biasa. Kehilangan ingatan ini
juga tidak disebabkan oleh penyebab organis tertentu, seperti kerusakan pada
otak atau kondisi medis tertentu, bukan pula efek langsung dari obat-obatan
atau alkohol. Ingatan yang hilang dalam amnesia disosiatif dapat kembali, meski
gangguan ini bisa berlangsung selama beberapa hari, minggu, atau bahkan
tahunan. Mengingat kembali dalam amnesia disosiatif dapat terjadi secara
bertahap tetapi sering kali muncul secara tiba-tiba dan spontan, seperti saat
seorang tentara yang tidak dapat mengingat pertarungan beberapa hari setelahnya
tiba-tiba dapat mengingat pengalamannya setelah dipindahkan ke rumah sakit yang
jauh dari medan perang.
Amnesia
bukanlah lupa yang biasa, seperti lupa nama seseorang. Tetapi kehilangan
ingatan dalam amnesia bersifat lebih ekstrem atau luas cakupannya. hari setelah
suatu kejadian yang menekan atau traumatis seperti perang atau kecelakan mobil.
Bentuk
lain dari amnesia disosiatif mencakup amnesia selektif dan amnesia menyeluruh.
Dalam amnesia selektif, orang lupa hanya pada hal-hal khusus yang mengganggu
yang terdapat dapat suatu periode waktu tertentu. Dalam amnesia menyeluruh,
orang melupakan seluruh kehidupannya-siapa dirinya, apa perkerjaannya, dimana
tempat tinggalnya, dengan siapa ia tinggal. Bentuk amnesia ini sangat jarang
terjadi, orang dengan amnesia menyeluruh tidak dapat mengingat informasi
pribadi, namun mereka cenderung untuk
tetap mempertahankan kebiasaan, selera, dan keterampilan mereka.
3.
Fugue
Disosiatif
Fugue berasal dari
bahasa latin fugere, yang berarti “melarikan diri”. Dalam fugue disosiatif
sebelumnya disebut fugue psikogenik, si penderita melakukan perjalanan secara
tiba-tiba dan tanpa diduga sebelumnya dari rumah atau tempat kerjanya, ia tidak
mampu mengingat kembali informasi personal yang sudah-sudah, dan menjadi
bingung akan identitasnya atau mengasumsikan identitas yang baru (baik secara
sebagian ataupun secara lengkap). Selain perilaku yang aneh ini, orang tersebut
dapat terkesan “normal” dan tidak menunjukan tanda-tanda lain dari gangguan
mental. Orang tersebut mungkin tidak memikirkan masa lalu, atau mungkin
melaporkan masa lalu yang penuh dengan memori yang salah tanpa menyadari bahwa
memori itu salah.
Bila orang dengan
amnesia tampak berjalan-jalan tanpa tujuan, orang dalam tahap fugue bertindak
lebih bertujuan. Beberapa
tetap berada dekat dengan tempat tinggal mereka, menghabiskan siang hari
ditaman atau bioskop. Namun identitas baru tersebut tidaklah lengkap serta
mengambang dan kesadaran akna dirinya yang dulu dapat muncul dalam waktu beberapa
jam atau beberapa hari.
Pola yang jarang
terjadi adalah bila tahap fugue berlangsung selama beberapa bulan atau tahyun
serta mencakup perjalanan ke tempat yang jauh dan asumsi akan identitas yang
baru.
4. Gangguan Depersonalisasi
Depersonalisasi
adalah
perasaan
ketidaknyataan
atau
keterpisahan
dari self
atau
dari
tubuhnya.
Depersonalisasi
mencakup
kehilangan
atau
perubahan
temporer
dalam
perasaan yang biasa
mengenai
realitas
diri
sendiri.
Dalam
suatu
tahap
depersonalisasi, seseorang
merasa
terpisah
dari
dirinya
sendiri
dan
lingkungannya
sekitarnya.
Mereka
mungkin
merasa
seperti
sedang
bermimpi
atau
bertingkahlaku
seperti robot.
(Guralnik,
Schmeidler, & Simeon, 2000; Maldonado,
Butler, &Speigel, 1998).
Kemudian selain depersonalisasi, dapat juga muncul derealisasi. Derealisasi adalah kehilangan perasaan realitas terhadap lingkungan sekitar, dialami dalam bentuk perubahan
yang aneh pada lingkungan atau pada periode waktu. Orang dan objek dapat tampak berubah ukuran atau bentuk dan dapat
pula mengeluarkansuara yang berbeda. Semua perasaan ini dapat diasosiasikan dengan kecemasan,
termasuk pusing dan ketakutan atau dengan depresi.
B. PANDANGAN TEORITIS
TERHADAP GANGGUAN DISOSIATIF
1. Pandangan Psikodinamika
Amnesia
disosiatif
dapat
menjadi
suatu
fungsi
adaptif
dengan
cara
memutus
atau
mendisosiasi
alam
sadar
seseorang
dari
kesadaran
akan
pengalaman
traumatis
atau
sumber-sumber lain dari
nyeri
maupun
konflik
psikologis. (Dorahy, 2001).
Bagi
teoritiku
spsikodinamika,
gangguan
disosiatif
melibatkan
penggunaan
represi
secara
besar-besaran, yang
menghasilkan “terpisahnya” impuls yang tidak
dapat
diterima
dan
ingatan yang menyakitkan
dari
kesdaran
seseorang.
Dalam amnesia dan fugue
disosiatif, ego melindungi dirinya sendiri dari kecemasan yang berlebihan
dengan
mengeluarkan
ingatan-ingatan yang
mengganggu atau dengan mendisosiasi impuls yang
bersifatagresif. Pada kepribadian ganda, orang mungkin
mengekspresikan
impuls-impuls yang tidak
dapat
diterima
ini
melalui
pengembangan
kepribadian
pengganti.
Pada
depersonalisasi, orang berda
diluar
dirinya
sendiri
(bersifat
aman
dengan
cara
menjauh
dari
pertarungan
emosional di dalam
dirinya.
2. Pandangan Kognitif dan
Belajar
Teoriti kuskognitif dan belajar memandang disosiasi sebagai respon yang dipelajari yang meliputi proses “tidakberpikir”
tentang tindakan atau pikiran yang mengganggu
dalam
rangka
menghindari rasa bersalah
dan
malu yang ditimbulkan
dari
pengalaman-pengalaman
itu. Kebiasaan
tidak
berpikir
tentang
masalah-masalah
tersebut
secara
negative
dikuatkan
dengan
adanya
perasaan
terbebas
dari
kecemasan
atau
dengan
memindahkan
perasaan
bersalah
atau
malu.
Sejumlah
teoritikussosial
kognitif, seperti Nicholas
Spanos, percaya
bahwa
gangguan
identitas
disosiatif
adalah
suatu
bentuk
bermain
peran yang dikuasai
melalui
observasi, yang melibatkan
proses pembelajarandan reinforcement. Ini
tidak
sama
dengan
pura-pura
atau
malingering, orang dapat
secara
jujur
mengorganisasikan
pola
perilaku
mereka
menurut
peran
tertentu yang telah
mereka
amati. Mereka
juga bisa sangat mendalami permainan peran mereka hingga “lupa” bahwa
mereka
sedang
menampilkan
sebuah
peran.
C.
PENANGANAN
GANGGUAN DISOSIATIF
Amnesia
dan fugue disosiatif biasanya merupakan pengalaman yang mengambang dan segera
berakhir. Sedangkan episode-episode depersonalisasi dapat muncul kembali dan
sifatnya persisten, dan biasanya terjadi bila orang tersebut berada dalam
periode kecemasan atau depresi ringan. Pada kasus-kasus seperti itu, klinisi
biasanya berfokus pada penanganan kecemasan atau depresinya. Sebagian besar
perhatian dalam kepustakaan penelitian berfokus pada gangguan identitas
disosiatif dan secara khusus pada usaha mengintegrasikan kepribadian alter menjadi sebuah struktur
kepribadian yang kohesif. (Burton & Lane, 2001).
Psikoanalis
berusaha membantu orang yang menderita gangguan identitas disosiatif untuk
mengungkapkan dan belajar mengatasi trauma-trauma masa kecil. Mereka sering
merekomendasikan membangun kontak langsung dengan kepribadian-kepribadian Alter. Contohnya, Wilbur menekankan
bahwa analis dapat bekerja dengan kepribadian apapun yang mendominasi sesi
terapi. Setiap dan semua kepribadian dapat diminta untuk berbicara tentang
memori dan mimpi-mimpi mereka sebisa mereka. Setiap dan semua kepribadian dapat
diyakinkan bahwa terapis akan membantu mereka untuk memahami kecemasan mereka
dan untuk membangkitkan pengalaman traumatis mereka secara aman dan menjadikan
pengalaman-pengalaman tersebut disadari. Wilbur meminta para terapis untuk
selalu ingat bahwa kecemasan yang dialami saat sesi terapi dapat menyebabkan
perpindahan kepribadian, karena kepribadian alter diasumsikan terbentuk sebagai alat
untuk mengatasi kecemasan yang tinggi. Namun bila terapi berhasil, self akan
mampu bergerak melalui ingatan traumatis dan tidak lagi perlu melarikan diri
kedalam “self” pengganti untuk menghindari kecemasan yang disosiasikan dengan
trauma. Dengan demikian, integrasi dari kepribadian menjadi dimungkinkan.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Gangguan disosiatif adalah sekelompok gangguan yang
ditandai oleh suatu kekacauan atau disosiasi dari fungsi identitas, ingatan,
atau kesadaran. Gangguan disosiatif merupakan suatu mekanisme pertahanan alam
bawah sadar yang membantu seseorang melindungi aspek emosional dirinya dari
mengenali dampak utuh beberapa peristiwa traumatik atau peristiwa yang
menakutkan dengan membiarkan pikirannya melupakan atau menjauhkan dirinya dari
situasi atau memori yang menyakitkan.
Gangguan Disosiatif dibagi 4 macam:
1. Gangguan identitas disosiasif
2. Amnesia Disosiatif
3. Fugue Disosiatif
4. Gangguan Depersonalisasi
Pandangan teoritis terhadap gangguan disosiatif
• Pandangan
Psikodinamika
Amnesia
disosiatif dapat menjadi suatu fungsi adaptif dengan cara memutus atau
mendisosiasi alam sadar seseorang dari kesadaran akan pengalaman traumatis atau
sumber-sumber lain dari nyeri maupun konflik psikologis.
• Pandangan
Kognitif dan Belajar
Sejumlah
teoritikussosial kognitif, Nicholas Spanos,
percaya bahwa gangguan identitas disosiatif adalah suatu bentuk bermain
peran yang dikuasai melalui observasi, yang melibatkan proses pembelajarandan
reinforcement.
Penanganan gangguan
disosiatif
Psikoanalis berusaha membantu orang yang menderita
gangguan identitas disosiatif untuk mengungkapkan dan belajar mengatasi
trauma-trauma masa kecil. Mereka sering merekomendasikan membangun kontak
langsung dengan kepribadian-kepribadian Alter.
Wilbur
menekankan bahwa analis dapat bekerja dengan kepribadian apapun yang
mendominasi sesi terapi. Setiap dan semua kepribadian dapat diminta untuk
berbicara tentang memori dan mimpi-mimpi mereka sebisa mereka.
Komentar
Posting Komentar