Konseling Dengan Dzikir
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konseling yang
merupakan salah satu cara menyelsaikan masalah berusaha memahami dan masuk
dalam dunia permasalahan yang dialami seseorang. Konseling juga bermaksud
memberikan jalan keluar dari gelapnya realita yang dipandang rumit. dengan
membuka pintu-pintu dari titik pusat massalah untuk dirumuskan penyelesaiannya.
Namun konseling
seringkali mengabaikan nilai spiritual atau rohani. Fatalnya, obsesi yang kuat
untuk menyelesaikan masalah justru menjadi beban untuk mencari jalan keluar.
atau malah masalah yang abstrak dan mustahil terselesaikan secara rasional
tidak dapat diselesaikan hanya dengan konseling secara umum yang kekeringan
spiritual atau ruhani.
Konseling dengan
Dzikir menjadi salah satu cara menjembatani penyelesaian yang masiih menjadi
tanda tanya dalam masalah ini. Berikut kami mencoba sedikit memaparkan
penjelasannya.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari konseling?
2.
Apa pengertian dari Dzikir?
3.
Bagaimana konseling dengan Dzikir?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Konseling
Konseling
(counseling) biasanya dikenal dengan istilah penyuluhan, yang secara awam
dimaknakan sebagai pemberian penerangan, informasi, atau nasihat kepada pihak
lain (klien). Konseling sebagai cabang dari psikologi merupakan praktik
pemberian bantuan kepada individu.
Kata Konseling
berasal dari kata counsel yang diambil dari bahasa latin yaitu conselium, yang
artinya “Bersama” atau “Bicara bersama” yang dirangkai dengan “menerima atau
memahami”. Pengertian “berbicara bersama-sama” dalam hal ini adalah pembicaraan
antara konselor dengan seseorang atau beberapa klien. Sedangkan dalam bahasa
Anglo Saxon istilah konseling berasal dari “Sellan” yang berarti “menyerahkan”
atau “menyampaikan”. Berikut ini ada beberapa pendapat para ahli tentang
definisi konseling.
a.
James F. Adam
Konseling adalah
suatu pertalian timbal balik antara 2 orang individu dimana yang seseorang
(counselor) membantu yang lain (Conselee) supaya ia dapat memahami dirinya
dalam hubungan dengan masalah-masalah hidup yang dihadapinya waktu itu dan
waktu yang akan datang.
b.
Hartono dan Soedarmadji
Konseling
merupakan bantuan professional yang diampu konselor. Para siswa di sekolah
sering mengalami kesulitan untuk meraih prestasi yang diidamkan. Bila siswa
memperoleh pelayanan konseling yang memadai, mereka akan mampu mengatasi
problem-problemnya, sehingga bisa berkembang kearah aktualisasi diri, menjadi
individu-individu yang produktif dalam mengukir masa depannya.[1]
2.
Pengertian dzikir
Dzikir berasal
dari kata dzakara-yadzkuru-dzikran, memiliki arti mengingat, memerhatikan,
mengenang, sambil mengambil pelajaran, mengenal, atau mengerti. Biasanya
perilaku dzikir diperlihatkan orang hanya dalam bentuk renungan sambil duduk
berkomat-kamit.[2]
sedangkan
menurut terminologinya, dzikir berarti ingat kepada Allah dengan menghayati
kehadiranNya, keMaha sucianNya, keMaha TerpujianNya dan keMaha BesaranNya. Dalam ensiklopedia Islam, kata dzikir
dimaknai dengan menyebut, menuturkan, mengingat, menjaga, mengerti dan
perbuatan baik. Oleh karena itu, berdasarkan makna-makna tersebut, dzikir
merupakan ucapan lisan, gerakan raga, maupun gerakan hati sesuai dengan
cara-cara yang diajarkan Agama, dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT,
upaya untuk menyingkirkan keadaan lupa dan lalai kepada Allah SWT dengan selalu
ingat kepadaNya, keluar dari suasana lupa, masuk kedalam suasana musyahadan
(saling menyaksikan) dengan mata hati, akibat didorong oleh rasa cinta yang
mendalam kepada Allah SWT.[3]
Al-Quran member petunjuk bahwa
dzikir itu bukan hanya ekspresi daya ingat yang ditampilkan dengan
komat-kamitnya mulut sambil duduk merenung. Lebih dari itu, zikir bersifat
implementatif dalam berbagai variasi yang kreatif. Dalam Al-quran ada banyak
makna dzikir:
·
Dzikir berarti membangkitkan daya ingatan, “Dengan
mengingat Allah, hati orang-orang beriman menjadi tenang. Ketahuilah dengan
mengingat Allah, hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’ad [13] :28).
·
Dzikir berarti pula ingat akan hukum-hukum Allah, “Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, member kaum kerabat,
dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Ia memberi
pengajaran kepada kamu agar kamu berdzikir (dapat mengambil pelajaran),”
(QS. An-Nahl [16] : 90).
·
Dzikir juga mengambil pelajaran atau peringatan, “Allah
memberikan hikmah kepada siapa saja yang dikehendakinya. Dan barang siapa yang
diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang
dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal,” (QS. Al-
Baqarah [2] 269).[4]
3.
Konseling dengan dzikir
Konseling dengan dzikir yaitu
memberikan pemahaman dan bimbingan dengan menggunakan dzikir sebagai metode
menenangkan diri dan menyerap energi positif untuk diaktualisasi sebagai
dorongan menemukan penyelesaian atau jalan keluar.
Dzikir merupakan salah satu bentuk
ibadah makhluk kepada Allah swt. dengan cara mengingatnya. Salah satu manfaat
berdzikir adalah untuk menarik energy positif atau energi dzikir yang
bertebaran di udara agar energi dzikir dapat masuk tersirkulasi ke seluruh
bagian tubuh pelaku dzikir. Manfaat utama dzikir pada tubuh adalah untuk
menjaga keseimbangan suhu tubuh, agar tercipta suasana kejiwaan yang tenang,
damai, dan terkendali. Hal yang demikian insya Allah akan menentukan kualitas
ruh kita.
Dzikir juga
merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengikat energi positif. Ia
membentuk akselerasi mulai renungan, sikap, aktualisasi sampai kepada kegiatan
memproses alam. Semua itu menghendaki terlibatnya dzikir tanpa boleh alpa
sedikit pun, dan merupakan jaminan berakarnya ketenangan dalam diri. Kalau diri
kita selalu terhubung dalam ikatan ketuhanan, maka akan tertanamlah dalam diri
seseorang sifat-sifat ketuhanan yang berupa ilmu, hikmah, dan iman.
Dzikir yang
diperintahkan Allah itu bisa dilakukan dengan lisan; mengucapkan tasbih,
tahmid, tahlil dan sebagainya. Intinya dzikir lisan ini adalah berdzikir dengan
menyebut nama Allah dan sifatnya. Dzikir dengan lisan merupakan dzikir pada
taraf elementer. Ucapan lisan akan membimbing hati, agar selalu ingat
kepadanya. Setelah dia terbiasa dengan dzikir, maka dengan sendirinya hati yang
bersangkutan menjadi ingat. Ingat Tuhan dalam hati itu merupakan sikap ingat,
tanpa menyebut atau mengucapkan sesuatu.
Pada prinsipnya
dzikir itu dilaksanakan dalam cara dan kesopanan tertentu sesuai dengan
prinsip-prinsip yang ditentukan oleh Al-Quran dan dicontohkan oleh Rasulullah
saw, yakni dilakukan dengan merendahkan diri, dan penuh takut, tidak
mengeraskan suara, (QS. Al-A’raf [7] : 205).[5]
Dalam konteks sufistik, Para sufi mengkategorikan
sifat-sifat tercela bercokol di latifah, sebagai dosa-dosa batin yang menempati
tujuh latifah.
Pertama, latifah al qalbi, yang berhubungan dengan jantung jasmani,
letaknya dua jari dibawah gsusu kiri, disinilah letak sifat-sifat kemusyrikan,
kekafiran, ketahayulan dan sifat-sifat iblis. Kedua, latifah al ruh,
terletak dua jari dibawah susu kanan, berhubungan dengan hati, di sinilah
letaknya sifat bahamiyah (binatang jinak) yaitu menuruti hawa nafsu.
Ketiga, latifah Al sirri, terletak dua jari diatas susu kiri, di sinilah
terletak sifat sabi’iyyah (binatang buas), yaitu sifat zalim atau aniaya, pemarah, pendendam. Keempat,
latifah Al khafi, terletak dua jari diatas susu kanan, dipengaruhi oleh limpa
jasmaniah, disnilah letak sifat-sifat pendengki, khianat, yaitu sifat
syaithoniyyah yang membawa celaka dunia dan akhirat.
Kelima, latifah al akhfa, letaknya di tengah dada, yang berhubungan dengan
empedu jasmani, disini letaknya sifat rabaniyah, seperti riya, takabur,
sum’ah/pamer. Keenam, latifah al nafs al natiqa, terletak diantara dua
kening. Disinilah tempat nafsu amarah, nafsu yang selalu mendorong kepada kejahatan.
Ketujuh, latifah kullu jasad, yaitu latifah yang mendominasi seluruh tubuh
jasmani. Disinilah terletak sifat-sifat jahil dan ghaflah (lalai).[6]
Cara melakukan dzikir adalah menyebut nama Allah dengan tasbih (Subhanallahi), membaca tahmid
(alhamdulillahi), membaca taqdies (quddusun), membaca takbir
(Allahu Akbar), membaca hauqalah (la haula wa la quwata illa billahi),
membaca hasbalah (hasbiyallahu), membaca basmalah
(Bismillahirrahmanirrahiim), membaca al-Quranul Majied dan membaca doa-doa
yang ma’tsur, yaitu doa-doa yang diterima dari Nabi SAW.”[7]
Dalam buku lain juga dijelaskan
dengan pernapasan untuk suatu proses penyembuhan, dzikir pernafasan dilakukan
dengan beberapa tahap, yaitu teknik umum dan teknik pernapasan I dan teknik
pernapasan II.
a.
Teknik Umum
·
Mata terpejam
·
Mengosongkan napas
·
Membaca Basmillah
·
Lidah ditekuk/ditempelkan ke langit-langit
·
Menarik napas, masukkan kedalam perut
·
Menahan napas di perut (sambil berdoa, memohon disembuhkan,
dikuatkan, dinormalkan)
·
Mengeluarkan napas melalui mulut, sambil mengucapkan “Allahu
Akbar”
Bagi orang awam, harus dilakukan
pembelajaran terlebih dahulu mengenai pernapasan dengan menggunakan perut.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut,
·
Perut dikosongkan
·
Menarik napas segitiga perut (mengisi perut dengan udara dan
kembungkan perut)
·
Menahan napas pada perut, dua jari dibawah pusat, keluarkan napas
melalui mulut
b.
Teknik Pernapasan I
Pernapasan dilakukan sebanyak tiga kali
·
Konsepkan penyakit, bayangkan seperti apa
·
Pernapasan I s/d III, visualisasi mengeluarkan penyakit dari tubuh
·
Setelah penyakit keluar, diikuti visualisasi gunting memutus
penyakit tersebut
·
Kata “putus” diucapkan dalam hati
c.
Teknik Pernapasan II
·
Pernapasan IV, visualisasi cahaya putih (kesembuhan) menyinari
seluruh tubuh, kemudian ditarik kembali dan diputar-putar pada organ yang
dirasa sakit
·
Pernapasan V, visualisasi cahaya kuning keemasan (kesehatan),
dengan cara yang sama
·
Pernapasan VI, visualisasi cahaya ungu (kekuatan) dengan cara yang
sama
·
Pernapasan VII, visualisasi air (pembersihan) dengan cara yang sama
Setelah itu dilanjutkan dengan
membaca doa,
Bismillahirahmaanirrahim
(Dengan menyebut
nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang)
Bismillaahisysyaafii
(Dengan menyebut
nama Allah yang maha menyemmbuhkan)
Bismillahil
Kaafi (Dengan menyebut
nama Allah yang maha mencukupi)
Bismillaahil
Mu’aafii (Dengan menyebut
nama Allah yang maha menyehatkan)
Bismillaahi
Rabbissamaawaati Wal Ardli (Dengan
menyebut nama Allah pemelihara langit dan bumi)
Bismillaahilladzi
Laayadlurru Ma’asmihii Syai’un fil Ardli Wa Laa Fissamaa’I Wa Huwassamii’ul
Alim (Dengan
menyebut nama Zat yang dengan namaNya itu tak satupun dapat membahayakan, baik
dibumi dan di langit .Dia yang maha mendengar dan maha tahu.).[8]
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Kata Konseling berasal dari kata
counsel yang diambil dari bahasa latin yaitu conselium, yang artinya “Bersama”
atau “Bicara bersama” yang dirangkai dengan “menerima atau memahami”. Konseling
(counseling) biasanya dikenal dengan istilah penyuluhan, yang secara awam
dimaknakan sebagai pemberian penerangan, informasi, atau nasihat kepada pihak
lain (klien). Konseling sebagai cabang dari psikologi merupakan praktik
pemberian bantuan kepada individu.
Dzikir berasal dari kata
dzakara-yadzkuru-dzikran, memiliki arti mengingat, memerhatikan, mengenang,
sambil mengambil pelajaran, mengenal, atau mengerti. Biasanya perilaku dzikir
diperlihatkan orang hanya dalam bentuk renungan sambil duduk berkomat-kamit. Sedangkan
menurut terminologinya, dzikir berarti ingat kepada Allah dengan menghayati
kehadiranNya, keMaha sucianNya, keMaha TerpujianNya dan keMaha BesaranNya.
Konseling dengan dzikir yaitu
memberikan pemahaman dan bimbingan dengan menggunakan dzikir sebagai metode
menenangkan diri dan menyerap energi positif untuk diaktualisasi sebagai
dorongan menemukan penyelesaian atau jalan keluar.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. M. Amin Syukur M.A Prof., KuBerserah
Kisah Nyata Survivor Kanker yang Divonis Memiliki Kesempatan Hidup Hanya Tiga
Bulan, Jakarta: Mizan Publika, 2012.
Dr. H. M. Amin Syukur M.A Prof., Sufi
Healing, Jakarta:
Erlangga, 2012.
Dr. H. M. Amin Syukur M.A Prof., Zikir
Menyembuhkan Kanker,
Jakarta: Erlangga, 2016.
Khairani Makmun, Psikologi Konseling, Yogyakarta: Aswaja
Pressindo, 2014.
Muhammad Hasbiash Shiddieqy Teuku, Pedoman Dzikir dan Doa, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2000.
Sulaiman, Sufi Healing, Semarang : Karya Abadi Jaya, 2015.
[2] M. Amin Syukur, KuBerserah Kisah Nyata
Survivor Kanker yang Divonis Memiliki Kesempatan Hidup Hanya Tiga Bulan, Jakarta: Mizan Publika, 2012, h. 99.
[3] M. Amin Syukur, Sufi Healing, Jakarta: Penerbit Erlangga,
2012, h.73.
[4] M. Amin Syukur, KuBerserah Kisah Nyata
Survivor Kanker yang Divonis Memiliki Kesempatan Hidup Hanya Tiga Bulan, Jakarta:
Mizan Publika, 2012, h. 100.
[6] Sulaiman, Sufi Healing, Semarang: CV Karya Abadi Jaya, 2015,
h. 97-98.
[7] Teuku Muhammad Hasbiash Shiddieqy, Pedoman Dzikir dan Doa, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2000, h. 36.
[8] M. Amin Syukur, Sufi Healing, Jakarta : Erlangga, 2012, hlm.75-77.
Komentar
Posting Komentar