MAKALAH
GANGGUAN KEPRIBADIAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Psikologi Abnormal
Dosen
Pengampu : Sri Rejeki, S.Sos.I, M.Si.
![]() |
Disusun
Oleh :
Khikmatul
Huda (1604046088)
Diah Widiastuti
(1604046091)
Anisa Rizqi
(1604046112)
TASAWUF PSIKOTERAPI
FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu
jenis penyakit mental di mana cara berpikir, memahami situasi, dan berhubungan
dengan orang lain tidak berfungsi.
Sedangkan
gangguan kepribadian menurut Kaplan dan Saddock adalah suatu varian dari sifat
karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang.
Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan dapat
menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan subyektif maka
dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian. Jadi, pembuatan makalah ini
bermaksud agar kita lebih paham dan mengerti apa itu gangguan kepribadian serta
sebagai salah satu tugas dari mata kuliah keperawatan jiwa.
B. Rumusan Masalah
a.
Apa pengertian gangguan kepribadian?
b.
Apa saja klasifikasi gangguan kepribadian?
c.
Apa penyebab gangguan kepribadian?
d.
Bagaimana menangani gangguan kepribadian?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gangguan
Kepribadian
Gangguan
kepribadian (personality disorder) adalah pola perilaku atau cara berhubungan
dengan orang lain yang benar-benar kaku. Kekakuan tersebut menghalangi mereka
untuk menyesuaikan diri terhadap runtutan eksternal, sehingga pola tersebut
pada akhirnya bersifat self-defeating.[1]
Kepribadian
dapat didefinisikan sebagai gabungan emosi dan tingkah laku yang membuat
individu memiliki karakteristik tertentu untuk menghadapi kehidupan
sehari-hari. Individu dikatakan memiliki gangguan kepribadian apabila ciri
kepribadiannya menunjukkan maladaptif dan telah berlangsung jangka lama dan
mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari (misalnya, dalam relasi sosial dan
pekerjaan).[2]
B.
Klasifikasi
Gangguan Kepribadian
Berdasarkan
Diagnotic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) gangguan
kepribadian dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu:
1.
Kelompok A
Terdiri dari ketiga
gangguan kepribadian paranoid, skizoid, dan skizotipal. Penderita ketiga jenis
gangguan ini menampilkan perilaku yang relatif sama eksentrik dan aneh.
a.
Gangguan
kepribadian paranoid
Individu dengan
gangguan kepribadian paranoid biasanya ditandai dengan adanya kecurigaan dan
ketidak percayaan yang sangat kuat kepata orang dilingungan sekitarnya. Mereka
sering kali sangat sensitif, mudah marah, dan menunjukkan sikap bermusuhan.
b.
Gangguan
kepribadian skizoid
Individu
dengan gangguan kepribadian skizoid biasanya menampilkan perilaku atau pola
menarik diri dan biasanya berlangsung dalam jangka yang lama. Sering kali digambarkan
sebagai penyendiri atau eksentrik, orang dengan kepribadian skizoid kehilangan
minat pada hubungan sosial.[3]
c. Gangguan
kepribadian skizotipal
Individu
yang menderita gangguan skizotipal biasanya tampak aneh secara mencolok. Mereka
memiliki pemikiran yang ajaib, ide ide yang ganjil, ilusi dan derealisasi yang
mereka tampilkan dalam kehidupan seharinya.
2. Kelompok
B
Terdiri
dari gangguan antisosial, borderline, histrionik, dan narsistik. Individu pada
gangguan kepribadian ini menampakkan perilaku yang dramatis atau
berlebih-lebihan, emosional dan aneh.
a.
Gangguan kepribadian antisocial.
Individu dengan
gangguan antisosial biasanya secara terus meneruh melakukan tingkah laku
kriminal. Gangguan kepribadian ini lebih menekankan pada ketidak mampuan individu
untuk mengikuti norma-norma yang ada.
b.
Gangguan
kepribadian borderline
Individu dengan
gangguan kepribadian borderline mood-nya selalu berubah-ubah, tingkah lakunya
tidak dapat diduga.
c.
Gangguan
kepribadian histrionik
Gangguan kepribadian
histrionik ditandai dengan tingkah laku yang bersemangat atau suka menonjolkan
diri dan ekstrovert pada individu yang emosional dan mudah terstimulasi oleh
lingkungan.
d. Gangguan
kepribadian narsisitik
Individu dengan
gangguan kepribadian ini memiliki perasaan yang kuat bahwa dirinya adalah orang
yang penting serta merupakan individu
yang unik. Mereka merasa bahwa dirinya spesial dan berharap mendapatkan
perlakuan yang khusus.
3. Kelompok
C
Terdiri dari gangguan kepribadian avoidant,
dependent, dan obsesif kompulsif. Individu dengan gangguan ini tampak selalu
cemas dan ketakutan.
a. Gangguan
kepribadian menghindar atau avoidant
Individu dengan
gangguan kepribadian ini sangat sensitif terhadap penolakan sehingga yang
tampak adalah tingkah laku menarik diri. Mereka sebenarnya ingin berelasi
dengan orang lain akan tetapi mereka malu mereka sering mensalah artkan
komentar orang lain sebagai penghinaan dan mempermalukan dirinya.
b. Gangguan
kepribadian dependent
Individu dengan
gangguan kepribadian ini cenderung tidak percaya diri dan merasa tidak nyaman
apabila harus sendirian, tidak mampu membuat keputusan tanpa adanya nasehat,
saran serta dukungan yang sangat baik dari lingkungan.
c. Gangguan
kepribadian obsesif kompulsif
Gangguan kepribadian
ini ditandai dengan tingkah laku yang kersas kepala kebimbangan dan cenderung
mengulang-ngulang sesuatuhal. Mereka berpegang teguh pada keyakinan bahwa suatu
aturan harus diikuti secara tepat dan tidak dapat diganggu gugat walau dengan
alasan apapun.
C.
Penyebab Gangguan Kepribadian
Faktor Penyebab
Munculnya Gangguan Kepribadian
1.
Faktor Genetika
satu buktinya berasal dari penelitian gangguan
psikiatrik pada 15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar
monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali
lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu
penelitian, tentang penilaian multiple kepribadian dan temperamen, minat
okupasional dan waktu luang, dan sikap social, kembar monozigotikyang
dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang
dibesarkan bersama-sama.
2.
Faktor
Temperamental
Faktor
temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin berhubungan
dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Contohnya, anak-anak yang secara
temperamental ketakutan mungkin mengalami kepribadian menghindar.
3.
Faktor Biologis
-
Hormon
Orang
yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga menunukkan peningkatan kadar
testosterone, 17-estradiol dan estrone.
-
Neurotransmitter
Penilaian
sifat kepribadian dan system dopaminergik dan serotonergik, menyatakaan suatu
fungsi mengaktivasi kesadaran dari neurotransmitter tersebut. Meningkatkan
kadaar serotonin dengan obat seretonergik tertentu seperti fluoxetine dapat
menghasilkan perubahan dramatik pada beberapa karakteristik kepribadian.
Serotonin menurunkan depresi, impulsivitas.
-
Elektrofisiologi
Perubahan
konduktansi elektrik pada elektroensefalogram telah ditemukaan pada beberaapa
pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering pada tipe antisocial dan
ambang, dimana ditemukan aktivitas gelombang lambat.
4.
Faktor
Psikoanalitik
Sigmund Freud
menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi pada salah satu
stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada stadium anal, yaitu anakyang
berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras kepala,
kikir dan sangat teliti.
D.
Penanganan Gangguan Kepribadian
Orang dengan gangguan kepribadian biasanya memandang
perilaku mereka, bahkan perilaku/self defeating yang maladiktif, sebagai bagian
alami dari diri mereka. Meski mereka tidak bahagia dan distress, mereka sulit
untuk menganggap perilaku mereka sendiri sebagai penyebabnya. Orang dengan
kepribadian juga cenderung berespon lebih buruk terhadap penanganan masalah
seperti depresi dibandingkan orang lain, mungkin karena pengaruh negative dari
pola perilaku maladaktif mereka.
a.
Penanganan Psikodinamika
Pendekatan ini
digunakan untuk menolong orang di diagnosis dengan gangguan kepribadian agar
menjadi lebih sadar akan akar dari pola perilaku self defeating mereka dengan
belajar cara yang lebih adaktif dalam berhubungan dengan orang lain. Terapis
psikodinamika sering melaporkan bahwa orang dengan gangguan kepribadian ambang
cenderung memiliki hubungan yang tidak stabil dengan para terapis, kadang
mengidolakan mereka, kadang menuduh mereka tidak peduli.
b.
Pendekatan Behavioral
Terapis perilaku
memandang tugas mereka adalah untuk mengubah perilaku klient dan bukan untuk
mengubah struktur kepribadian mereka. Banyak teoritikus Behavioral yang sama
sekali tidak berfikir dalam kerangka “kepribadian” klient, namun lebih dalam
kerangka perilaku maladaktif yang dipelajari dan dipertahankan oleh kemungkinan
adanya reinforcement. Terapis perilaku ini berfokus pada usaha untuk
merubah perilaku maladaktif menjadi perilaku adaktif melalui penggunaan teknik
seperti pemusnahan, modeling, dan reinforcement. Jika klient
diajarkan perilaku yang cenderung dikuatkan oleh orang lain, maka perilaku baru
tersebut akan dipertahankan.
c.
Pendekatan Biologis
Terapi obat
tidak secara langsung menangani gangguan kepribadian. Meski demikian, obat anti
depresan/anti kecemasan kadang digunakan untuk menangani distress emosional
yang dialami individu penderita gangguan kepribadian. Obat tidak merubah pola
persisten dari perilaku maladaktif yang dapat menyebabkan disstres. Meski
demikian, sebuah penelitian mengindikasikan bahwa anti depresian Prozat dapat
mengurangi perilaku agresif dan iritabilitas dalam diri individu dengan
gangguan kepribadian, yang implusif dan agresif. Peneliti memandang bahwa
perilaku implusif dan agresif berhubungan dengan kekurangan serotonin. Prozat
dan obat lain yang serupa bekerja untuk meningkatkan ketersediaan serotonin
dalam sambungan sinaptik di otak.[4]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Gangguan kepribadian
adalah istilah umum untuk jenis penyakit
mental dimana cara berfikir, memahami situasi, dan berhubungan dengan orang
lain tidak berfungsi. Penderita gangguan
kepribadian mempunyai karakterstik perilaku yang kaku, sulit menyesuaikan diri
sehingga orang lain bersikap impulsive, lekas marah, banyak permintaan,
ketakutan, permusuhan atau bahkan bertindak kasar. Gangguan kepribadian tidak
hanya disebabkan oleh factor genetika, tapi juga dipengaruhi oleh factor
temperamental, faktof biologis, dan factor psikoanalitik.
DAFTAR PUSTAKA
Jeffrey
S Nevid, Spencer A
rathus dan Beverly Greene.2003. Psikologi Abnormal. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
hadianiekaputri.blogspot.co.id/2010/11/makalah-gangguan-kepribadian.html?m=1
Fitri Fausiah dan Julianti Widury.2008.Psikologi
Abnormal Klinis dewasa. Jakarta: Universitas Indonesia pers .
[1]
Jeffrey S Nevid dkk, Psikologi Abnormal, (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2003), hlm 273
[2]Fitri Fausiah dan Julianti Widury.Psikologi Abnormal Klinis dewasa.( Jakarta:UniversitasIndonesia
pers .2008), hlm 143
[4]
Jeffrey S Nevid dkk, Psikologi Abnormal, (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2003),hlm
299-300
Komentar
Posting Komentar